Minggu, 28 Oktober 2012

Laboratorium Bioteknologi


BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Bioteknologi bukanlah hal baru dalam kehidupan manusia. Bioteknologi sudah dikenal manusia, walaupun masih berupa bioteknologi sederhana, misalnya pembuatan kompos, pembuatan tape, tempe, keju dan produk makanan lainnya. Bioteknologi dapat dipandang dalam 2 paradigma yang berbeda, yaitu pegertian dalam arti luas dan pengertian dalam arti sempit.
Dalam arti sempit bioteknologi adalah segala upaya yang ditempuh untuk mengubah dan mendapatkan nilai tambah dari suatu organisme atau bagian dari organisme melalui pemanfaatan agensia biologis. Dengan demikia proses pembuatan tempe dapat dikatakan sebagai bioteknologi sederhana.
Dalam arti luas bioteknologi dapat didefinisikan sebagai teknologi untuk mendayagunakan organisme hidup atau bagian dari organisme untuk menghasilkan atau memodifikasi produk-produk tertentu, serta untuk perbaikan atau pemuliaan mikroorganisme, tanaman atau hewan.
1.2  Tujuan
1.      Mengetahui pengertian dari bioteknologi dalam tanaman
2.      Mengetahui peranan bioteknologi dalam pemuliaan tanaman
3.      Mengetahui laboratorium bioteknologi (pembagian ruang dan alat-alat yang ada di dalamnya)
4.      Mengetahui standart keselamatan dalam laboratorium bioteknologi
5.      Mengetahui fungsi alat-alat dalam laboratorium bioteknologi

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Bioteknologi Tanaman
Bioteknologi didefinisikan sebagai penerapan prinsip – prinsip biologi, biokimia dan rekayasa organisme hidup seprti mikroba atau jasad hidup untuk menghasilkan barang atau jasa. Ilmu yang mendasari bioteknologi adalah mikrobiologi, biokimia, biologi molekuler, genetika, ilmu pangan, bioinformatika / elektronik dan komputer.  Bioteknologi ini berkaitan dengan reaksi biologis yang dilakukan oleh jasad hidup sebagai organisme yang memiliki organel sel, jaringan dan bahan molekul, seperti DNA, RNA, protein dan enzim.
Ada dua bioteknologi, yaitu bioteknologi konvensional dan bioteknologi modern. Dalam bioteknologi konvensional penerapan teknik biologi molekulernya masih terbatas sedangkan pada bioteknologi modern ini penerapan biologi molekulernya sudah maju, seperti penggunaan alat yang sudah cangih sampai manipulasi dan rekayasas genetika dalam bidang pertanian (Parwito, 2011).

2.2 Peran Bioteknologi dalam Pemuliaan Tanaman
Bioteknologi dalam pemuliaan tanaman berkaitan dengan rekayasa genetika atau pemuliaan tanaman pada tingkat sel atau molekuler. Berikut beberapa peran biotenologi:
Ø  Transformasi genetik
Transformasi genetic merupakan penyisipan satu atau lebih gen secara langsung kedalam genom suatu tanaman.
Ø  Variasi klonal
Variasi klonal merupakan variasi genetic yang timbul karena perlakuan kultur in vitro
Ø  Fusi sel
Hibridisasi antara 2 genotip tanaman pada tingkat sel dan mencampurkan 2 sel utuh yang berbeda sehingga didapatkan kombinasi genetic baru yang sebelumnya belum ada
Ø  Seleksi dengan bantuan marka molekuler
Sifat – sifat tertentu dicari marca molekulernya sehingga dapat dilakukan lebuh akurat dan efisien (waktu, tempat, dan tenaga) dibandingkan jika menggunakan marka seleksi fenotipik
Ø  Seleksi dengan penanda buatan
Teknologi transformasi dan isolasi gen telah semakin maju dan memungkinkan introduksi berbagai sifat baru pada tanaman
(Kendari, 2011)
2.3 Pembagiaan Ruang Laboratorium Bioteknologi
Pertama kali ruang-ruang yang diinginkan  dalam laboratorium dikelompokkan sesuai dengan pola pendaerahan kegiatan laboratorium. Berikut ini akan diuraikan sifat kegiatan dan p ersyaratan yang perlu dipenuhi untukruang-ruangtersebut. Berikut skema atau pola pendaerahan pada laboratorium.


                  Gambar 1. Pola Pendaerahan Laboratorium
                                                                   (Suryowinoto, 1996)
2.3.1 Ruang-ruang Kegiatan Umum
Pada area ini dapat ditempatkan ruang-ruang, :
1)      Ruang tamu
Yaitu ruang untuk menerima tamu, ruang ini berhubungan langsung dengan ruang-ruang di luar laboratorium.
2)      Ruang Staf
Ruang ini berfungsi sebagai ruang pengontrol atau ruang pengawasan terhadap setiap pengunjung praktikum atau peneliti yang sedang meneliti di ruang lain.
Kedua ruang terebut tidak perlu ditata cukup Rapi. Khusus untuk ruang staf, perlu digunakan penyekat kaca sehingga memudahkan pengawasan. Ruang staf juga berfungsi untuk melayani lancarnya urusan administrasi di laboratorium.
                                         (Suryowinoto, 1996)
2.3.2 Ruang Kegiatan Transisi
Ruang transisi yang dimaksud adalah ruang yang persyaratannya merupakan transisi antara persyaratan untuk ruang dengan kegiatan umum yang tidak perlu steril dengan ruang kegiatan penelitian. Dalam ruang ini disyaratkan  steril. Berikut ruang-rung yang ada dalam kegiatan transisi:
1)      Ruang ganti pakaian
Dimaksudakan untuk menjaga sterilitas dari laboratorium. Dalam laboratorium yang sangat tertib, mereka yang masuk ruang penelitian sangat diawasi, misalnya apakah telah memakai jas praktikum, apakah sudah melepas sepatu dan memakai sandal bersih yang telah digunakan.
2)      Ruang Penyimpanan Bahan Kimia dan Peralatan Pecah Belah
Para peneliti dapat mengabil alat pecah belah dan zat-zat kimia yang dibutuhkan, keluar masuknya dicatat dengan administrasi yang cermat.
3)      Ruang Timbang ( Weighing Room)
Ruang dimana zat kimia yang dibutuhkan atau bahan yang digunakan ditimbang. Timbangan analit atau timbangan halus dengan kepekaan 0,1 mg, dan timbangan kasar dengan kepekaan 0,01 g atau timbangan listrik sering digunakan.
Persyaratan untuk ruang ini adalah tidak boleh terlalu banyak dilalui angin, dan tidak boleh dekat dengan alat atau mesin yang menimbulkan getaran, dan tidak boleh dekat dengan jalan yang sering dilewati kendaraan berat.
4)      Ruang Preparasi atau Persiapan
Ruang preparasi dilengkapi dengan bak cuci, dan akan lebih baik bila disediakan air hangat atau panas untuk mencuci benda pecah belah.
Ruang ini dikatakan transisi karena sifat kegiatan yang beralih dari kegiatan yang bersifat umum yang tidak membutuhkan keadaan steril beralih kepada kegiatan laboratorium yang mutlak harus steril.
                                           (Suryowinoto, 1996)
2.3.3 Ruang Kegiatan Laboratorium
1.      Ruang Penabur (Steril Room)
Yaitu menjadi tempat budidaya in vitro. Syarat ruang ini harus dibuat mutlak steril. Semakin kecil ruangan ini semakin mudah disterilkan. Bial dibutuhkan dalam laboratorium dapat dibuatlebih dari satu ruang penabur.
2.      Ruang Inkubasi
Ruang inkubasi adalah ruang tempat disimpannya hasil penanaman in vitro setelah dikerjakan dalam ruang penabur. Di ruang ini diusahakan menekan terjadinya kontaminasi mikroba sekecil mungkin. Ruang ini harus bebas dari debu, cukup bersih, dan setiap hari dipel dengan lisol.
3.      Ruang Penyimpanan plantula
Setelah budidaya in vitro menghasilkan bibit tanaman kecil yang dinamakan planlet, maka botol – botol dipindahkan dalam tempat khusus, yitu runag plantula. Botol-botol diletakkan dalam rak.
Ruang harus tidak gelap. Sinar matahari bisa masuk tetapi tidak boleh langsung, karena plantula sudah mulai melakukan fotosintesis.
                                   (Suryowinoto, 1996)

Gambar 1. Pembagian ruang laboratorium kultur in vitro
Keterangan gambar
1.      Ruang tamu
2.      Ruang staf
3.      Ruang ganti pakaian
4.      Ruang persiapan
5.      Ruang timbang
6.      Ruang penyimpanan
7.      Ruang planlet
8.      Ruang inkubasi
9.      Ruang penabur
                                   (Suryowinoto, 1996)
2.4 Standart  Keselamatan di Laboratorium
a. Peralatan untuk laboran/peneliti
1.      Pakailah jas laboratorium saat berada dalam ruang pemeriksaan atau di ruang laboratorium. Tinggalkan jas laboratorium di ruang laboratorium setelah selesai bekerja.
2.      Cuci tangan sebelum pemeriksaan.
3.      Menggunakan alat pelindung diri (masker, sarung tangan, kaca mata dan sepatu tertutup).
4.      Semua specimen harus dianggap infeksius (sumber penular), oleh karena itu harus ditangani dengan sangat hati-hati.
5.      Semua bahan kimia harus dianggap berbahaya, oleh karena itu harus ditangani dengan hati-hati.
6.      Tidak makan, minum dan merokok di dalam laboratorium.
7.      Tidak menyentuh mulut dan mata pada saat sedang bekerja.
8.      Tidak diperbolehkan menyimpan makanan di dalam lemari pendingin yang digunakan untuk menyimpan bahan-bahan klinik atau riset.
9.      Tidak diperbolehkan melakukan pengisapan pipet melalui mulut gunakan peralatan mekanik (seperti penghisap karet) atau pipet otomatis.
10.  Tidak membuka sentrifuge sewaktu masih berputar.
11.  Menutup ujung tabung penggumpal darah dengan kertas atau kain, atau jauhkan dari muka sewaktu membuka.
12.  Bersihkan semua peralatan bekas pakai  dengan desinfektans larutan  klorin 0,5 % dengan cara merendam selama 20-30 menit.
13.  Bersihkan permukaan tempat bekerja atau meja kerja setiap kali selesai bekerja dengan menggunakan larutan klorin 0,5 %.
14.  Pakai sarung tangan rumah tangga  sewaktu membersihkan alat-alat laboratorium dari bahan gelas.
15.  Gunakan tempat antitembus dan antibocor untuk menempatkan bahan-bahan yang tajam.
16.  Letakkan bahan-bahan limbah infeksi di dalam kantong plastik atau wadah dengan penutup yang tepat.
17.  Cuci tangan dengan sabun dan beri desinfektan setiap kali selesai bekerja.
(Depkes RI, 2002)


b. Standar operasional prosedur laboratorium untuk bahan laboratorium
Ikon gambar standar internasional untuk keselamatan bahan yaitu sebagai berikut :
Ikon
Keterangan

Bahan berbahaya karena mengandung unsur radiasi sehingga membutuhkan perlengkapan anti radiasi untuk menggunakannya.

Bahan beracun, tidak boleh dimakan. Segeralah dibawa ke dokter untuk penanganan lebih lanjut.

Bahan berbahaya untuk lingkungan. Pembilasan harus sesuai dengan standar ramah lingkungan yaitu dengan menetralkan pH-nya dan mengencerkannya.


Bahan mudah terbakar. Jauhkan dari api dan panas yang berlebih.
Bahan bersifat korosif, menyebabkan luka jika mengenai kulit dan merusak pakaian. Pergunakan sarung tangan khusus ketika menggunakannya.

Biohazard. Bahan bertanda ini sangat berbahaya merupakan mikroorganis- me yang dapat menyebabkan penyakit jika terpapar di udara.

(Hamalina, 2001)


DAFTAR PUSTAKA
Hamalina, Kustanto. 2001. Panduan Kerja Praktikum Di Laboratorium. Bandung : ITB Press
Kendari, Niken. 2011. Bahan Ajar Mata Kuliah Pemuliaan Tanaman. Malang :  Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya.
Parwito, 2008. Bioteknologi dalam Pemuliaan Tanaman. (online),(http://bioteknologitanaman.Blogspot.  com/2008/09/bioteknologi-tanaman.html). Diakses tangan 7 Oktober 2012
Suryowinoto, Moeso. 1996. Pemuliaan Tanaman Secara In Vitro. Yogyakarta. Kanisius









Tidak ada komentar:

Posting Komentar