1.1
Sejarah Singkat Bunga Krisan
Krisan merupakan tanaman bunga hias berupa perdu dengan sebutan lain Seruni
atau Bunga emas (Golden Flower) berasal dari dataran Cina. Krisan kuning
berasal dari dataran Cina, dikenal dengan Chrysanthenum indicum (kuning),
C. Morifolium (ungu dan pink) dan C. daisy (bulat, ponpon). Di
Jepang abad ke-4 mulai membudidayakan krisan, dan tahun 797 bunga krisan
dijadikan sebagai simbol kekaisaran Jepang dengan sebutan Queen of The East.
Tanaman
krisan dari Cina dan Jepang menyebar ke kawasan Eropa dan Perancis pada tahun
1795. Tahun 1808 Mr. Colvil dari Chelsa mengembangkan 8 varietas krisan di
Inggris. Jenis atau varietas krisan modern diduga mulai ditemukan pada abad
ke-17. Krisan masuk ke Indonesia pada tahun 1800. Sejak tahun 1940, krisan
dikembangkan secara komersial.
1.2
Varietas
Bunga Krisan
Krisan
atau seruni (Chrysanthemum. Sp) tergolong dalam family composite yang berasal
dari cina. Sejak dulu krisan dibudidayakan sebagai bunga potong. Saat ini
krisan sebagai tanaman pot juga popular dan banyak diminati. Tanaman krisan
yang kini dibudidayakan merupakan hasil persilangan kompleks dari beberapa
spesies yang telah dikenal sejak ribuan tahun yang lalu.
Varietas
dengan berbagai karakteristik yang beredar di pasaran ratusan jumlahnya, denga
adanay program pemuliaan tanaman yang semakin maju, varietas akan semakin
bertambah. Varietas krisan terdiri dari dua tipe utama yaitu tipe standart
(single) dan tipe bercabang (spray). Dari tipe tersebut, tanaman krisan dapat
dikelompokkan menjadi enam golongan yaitu tanaman berbunga spider, pompon, anemone,
incurved, aster, dan dekoratif
(Sudaryanto, 2006).
(a)
(b)
Gambar
1. (a) Tipe Single (b) Tipe Spray
(a) (b) (c)
(d) (e) (f)
Gambar 2. (a) Anemone,
(b) Aster, (c) Dekoratif, (d) Incurved,
(e) Pompon, (d)
Spider
2.3 Morfologi
dan Taksonomi Bunga Krisan
Menurut Rukmana (1997), tanaman krisan
tumbuh menyemak setinggi 30-200 cm, sistem perakarannya serabut yang keluar
dari batang utama. Akar menyebar kesegala arah pada radius dan kedalaman 50-70
cm atau lebih. Batang tanaman krisan tumbuh agak tegak dengan percabangan yang
agak jarang, berstruktur lunak, dan berwarna hijau tetapi bila dibiarkan tumbuh
terus, batang berubah menjadi keras (berkayu) dan berwarna hijau kecoklatan,
serta berdiameter batang sekitar 0,5 cm.
Bunga krisan tumbuh tegak pada ujung tanaman dan tersusun dalam tangkai berukuran pendek sampai panjang, serta termasuk bunga lengkap. Bunga krisan merupakan bunga majemuk yag terdiri atas bunga pita dan bunga tabung. Pada bunga pita terdapat bunga betina (pistil), sedangkan bunga tabung terdiri atas bunga jantan dan bunga betina (biseksual) dan biasanya fertil (kofranek, 1980).
Bunga krisan tumbuh tegak pada ujung tanaman dan tersusun dalam tangkai berukuran pendek sampai panjang, serta termasuk bunga lengkap. Bunga krisan merupakan bunga majemuk yag terdiri atas bunga pita dan bunga tabung. Pada bunga pita terdapat bunga betina (pistil), sedangkan bunga tabung terdiri atas bunga jantan dan bunga betina (biseksual) dan biasanya fertil (kofranek, 1980).
Menurut Kofranek dalam Isabella (2003)
menyebutkan bahwa krisan sebagai bunga potong, dibudidayakan dengan dua cara
sesuai dengan permintaan pasar yaitu tipe standar dan tipe spray. Tipe standar
(Disbudded inflorescens) hanya memiliki satu tunas bunga yaitu tunas terminal
yang dipelihara pada satu batang. Tunas bunga lateral dibuang sehingga
dihasilkan satu bunga dengan ukuran besar. Tipe spray (Spray inflorescens)
merupakan tipe dengan seluruh tunas bunga lateral dibiarkan berkembang, tetapi
bunga yang pertama berkembang dibuang agar lebih banyak tunas lateral yang
tumbuh dan berukuran kecil. Bunga krisan terdiri dari dari beberapa varietas di
antaranya White Fiji, Yellow Fiji, Holday, Alouis, Astro, Snowdon White,
Cassandra, dan Pingpong. Bunga krisan spray terdiri dari varietas Puma,Yellow
Puma, White Regent, Town talk, Heidi Yellow, Heidi White, Zroland, Pompon,
Soraya, Wendi, Caymano, dan Casablanca. Menurut Rukmana dan Mulyana (1997),
krisan di dalam system taksonomi tumbuhan menurut beberapa ahli botani dapat
dikelompokkan ke dalam klasifikasi sebagai berikut:
Kingdom :
Plantae
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio :
Angiospermae
Kelas
: Dicotyledonae
Bangsa(ordo) : Asterales
Suku (famili) : Asteraceae
Marga (genus) : Chrysanhemum
Jenis (species) : Chrysanthemum,sp
2.4 Syarat Tumbuh
1) Suhu
Udara
Menurut
Rukmana dan Mulyana (1997), Suhu udara yang paling baik untuk pertumbuhan tanaman
krisan di daerah beriklim tropis seperti Indonesia adalah antara 20 - 26o C
di siang hari. Toleransi tanaman krisan terhadap factor suhu udara untuk tetap
tumbuh dengan baik adalah antara
17 - 30oC.
Suhu udara berpengaruh langsung terhadap pembungaan krisan. Suhu udara yang
ideal untuk pembungaan adalah antara 16 - 18o C. Suhu tinggi (lebih
dari 18o C) menyebabkan bunga krisan cenderung berwarna kusam,
sedangkan suhu rendah (kurang dari 16o C) berpengaruh baik terhadap
warna bunga karena cenderung makin cerah.
2) Kelembaban
Udara
Tanaman
krisan membutuhkan kondisi kelembaban udara tinggi. Pada fase pertumbuhan awal,
seperti perkecambahan benih atau pembentukan akar bibit stek diperlukan
kelembaban udara antara 90-95 persen. Tanaman muda sampai dewasa tumbuh dengan
baik pada kondisi kelembaban udara antara 70-90 persen (Rukmana dan
Mulyana,1997).
Kelembaban
udara yang tinggi perlu diimbangi dengan sirkulasi udara yang memadai (lancar)
di sekitar kebun. Bila kelembaban udara tinggi, sementara sirkulasi udara jelek
dapat menyebabkan organisme penyebab penyakit seperti cendawan mudah
berkembang. Hujan deras atau keadaan curah hujan tinggi yang langsung menerpa
tanaman krisan juga menyebabkan tanaman mudah roboh, rusak, dan kualitas
bunganya rendah. Oleh karena itu pembudidayaan krisan di daerah bercurah hujan
tinggi dapat dilakukan di dalam bangunan rumah plastik dan rumah kaca.
3) Cahaya
Untuk
mendapatkan bunga yang berkualitas baik, tanaman krisan membutuhkan cahaya yang
lebih lama daripada panjang hari normal. Penambahan panjang hari dapat
dilakukan dengan penyinaran buatan setelah matahari terbenam atau selama
periode gelap. Penambahan cahaya pada tanaman dapat berfungsi memanipulasi
fotoperiode dan meningkatkan laju fotosintesis. Peningkatan hasil fotosintesis
berpengaruh terhadap laju pertumbuhan generatif yaitu pembentukan
pembungaan. Pembentukan
kuncup bunga memerlukan panjang hari kurang dari 14,5 jam sedangkan untuk
perkembangan kuncup bunga, panjang hari harus kurang dari 13,5 jam (Langhans
dalam Isabella, 2003).
Sumber
cahaya buatan yang umum digunakan adalah lampu pijar dan TL. Lampu TL
(Fluorescent) dapat mempercepat pertumbuhan generatif tanaman krisan daripada
lampu pijar. Periode pemasangan lampu dilakukan sampai batas tertentu fase
vegetatif sekitar dua sampai delapan minggu untuk mendorong pembentukan bunga.
Perlakuan hari panjang dihentikan apabila tanaman sudah mencapai tinggi yang
diinginkan sekitar 35-50 centimeter dan kemudian tanaman diberikan perlakuan
hari pendek untuk inisiasi pembungaan (Kofranek dalam Isabella, 2003).
4) Ketinggian
Tempat
Kadar
CO2 memegang peranan penting dalam pertumbuhan krisan. Kadar CO2 yang ideal dan
dianjurkan untuk memacu kemampuan fotosintesis tanaman krisan adalah antara
600–900 ppm. Oleh karena itu pada pembudidayaan tanaman krisan dalam bangunan
tertutup seperti rumah plastik dan rumah kaca, dapat ditambahkan CO2 hingga
mencapai kadar yang dianjurkan. Mengingat tanaman krisan membutuhkan temperatur
untuk pertumbuhan antara 20–26 0 C dan pembungaan pada temperatur 16–18 0 C
dengan kelembaban udara antara 70-90 persen, maka lokasi yang cocok untuk
budidaya tanaman ini adalah di daerah berketinggian antara 700–1200 meter dari
permukaan laut. Saat ini sentra produksi krisan antara lain di Lembang,
Cipanas, Cianjur dan daerahdaerah lain yang berketinggian lebih dari 1000 meter
di atas permukaan laut.
5) Tanah
Krisan
dapat tumbuh pada setiap jenis tanah tergantung penanganannya. Tanah yang ideal
untuk tanaman krisan adalah bertekstur lempung berpasir, mempunyai drainase dan
aerasi yang baik dan mengandung bahan organik yang tinggi dengan pH sedikit
asam. Menurut Korfek dalam Isabella (2003) tingkat kemasaman tanah yang baik
untuk pertumbuhan tanaman krisan adalah sekitar 5,5 sampai 6,5. Krisan pada
umumnya akan dapat tumbuh dan berkembang dengan baik bila semua syarat-syarat
tumbuh terpenuhi.
Tabel 4. Indikator
Syarat Tumbuh Bunga Krisan yang Ideal
No
|
Syarat tumbuh bunga krisan
|
Indikator syarat tumbuh ideal
|
1.
|
Suhu
udara untuk pertumbuhan
|
200
– 260 C
|
2.
|
Suhu
udara untuk pembungaan
|
160
- 180 C
|
3.
|
Kelembapan
udara untuk pertumbuhan
|
70
– 90 %
|
4.
|
Kelembapan
udara untuk pembentukan akar bibit stek
|
90
– 95 %
|
5.
|
Ketinggian
tempat
|
700
– 1200 meter dpl
|
6.
|
Tingkat
kemasaman tanah
|
5.5
– 6.5
|
Sumber
: Rukmana dan Mulyana (1997) dan Kofranek dalam Isbella (2003)
2.5 Hama dan Penyakit
Hama
Ø Ulat
tanah (Agrotis ipsilon)
Gejala : memakan dan memotong
ujung batang tanaman muda, sehingga pucuk dan tangkai terkulai.
Pengendalian : mencari dan
mengumpulkan ulat pada senja hari dan semprot dengan insektisida.
Ø Thrips
(Thrips tabacci)
Gejala :
pucuk dan tunas-tunas samping berwarna keperak-perakan atau kekuning-kuningan
seperti perunggu, terutama pada permukaan bawah daun.
Pengendalian: mengatur
waktu tanam yang baik, memasang perangkap berupa lembar kertas kuning yang
mengandung perekat, misalnya IATP buatan Taiwan.
Ø Tungau
merah (Tetranycus sp)
Gejala:
daun yang terserang berwarna kuning kecoklat-coklatan, terpelintir, menebal,
dan bercak-bercak kuning sampai coklat. Pengendalian:
memotong bagian tanaman yang terserang berat dan dibakar dan
penyemprotan pestisida.
Ø Penggerek
daun (Liriomyza sp)
Gejala:
daun menggulung seperti terowongan kecil, berwarna putih keabu-abuan yang
mengelilingi permukaan daun.
Pengendalian:
memotong daun yang terserang, penggiliran tanaman, dengan aplikasi insektisida.
Penyakit
Ø Karat/Rust
Penyebab:
jamur Puccinia sp. karat hitam disebakan oleh cendawan P chrysantemi, karat
putih disebabkan oleh P horiana P.Henn. Gejala: pada sisi bawah daun terdapat
bintil-bintil coklat/hitam dan terjadi lekukan-lekukan mendalam yang berwarna
pucat pada permukaan daun bagian atas. Bila serangan hebat meyebabkan
terhambatnya pertumbuhan bunga. Pengendalian : menanam bibit yang tahan hama
dan penyakit, perompesan daun yang sakit, memperlebar jarak tanam dan
penyemprotan insektisida.
Ø Tepung
oidium
Penyebab:
jamur Oidium chrysatheemi. Gejala: permukaan daun tertutup dengan lapisan
tepung putih. Pada serangan hebat daun pucat dan mengering.
Pengendalian:
memotong/memangkas daun tanaman yang sakit dan penyemprotan fungisida.
Ø Virus
kerdil dan mozaik
Penyebab:
virus kerdil krisan, Chrysanhenumum stunt Virus dan Virus Mozaoik Lunak Krisan
(Chrysanthemum Mild Mosaic Virus). Gejala: tanaman tumbuhnya kerdil, tidak
membentuk tunas samping, berbunga lebih awal daripada tanaman sehat, warna
bunganya menjadi pucat. Penyakit kerdil ditularkan oleh alat-alat pertanian
yang tercemar penyakit dan pekerja kebun. Virus mosaik menyebabkan daun belang
hijau dan kuning, kadang-kadang bergaris-garis.
Pengendalian:
menggunakan bibit bebas virus, mencabut tanaman yang sakit, menggunakan alat-alat
pertanian yang bersih dan penyemprotan insektisida untuk pengendalian vektor
virus.
(Rukmana, 2007)
DAFTAR
PUSTAKA
Isabella, Nyimas. 2003. Budidaya Bunga Krisan Potong
(Dendranthema grandiflora Tzvelev) di PT Alam Indah Bunga Nusantara, Cipanas
Cianjur Jawa Barat. Skripsi. Jurusan Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian.
Institut Pertanian Bogor.
Kofranek, A.M. 1980. Cut Chrysanthemun.
In R.A.Larson (Ed). Introduction to
Floriculture. Academy Press. Toronto.
Rukmana, R. dan A.E.
Mulyana. 1997. Krisan (Seri Bunga
Potong). Yogyakarta. Kanisius.
Rukmana
, Rahmat.1997. Krisan. Penerbit
Kanisius. Yogyakarta.
Sudaryanto, Bambang. 2006. Budidaya Tanaman Krisan. Yogyakarta:
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian.
Wasito & Komar. 2004. Jenis Pupuk N, P, dan K Untuk Peningkatan
Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Krisan. Cianjur. Balai Penelitian Tanaman
Hias.
Wediyanto, Agus et al. 2007. Standar
Operasional Prosedur Budidaya Krisan Potong. Jakarta. Direktorat
Budidaya Tanaman Hias Direktorat Jenderal Hortikultura Departemen Pertanian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar