Senin, 01 Oktober 2012

Bunga Krisan


                                                                                                      
1.1     Sejarah  Singkat Bunga Krisan
 Krisan merupakan tanaman bunga hias berupa perdu dengan sebutan lain Seruni atau Bunga emas (Golden Flower) berasal dari dataran Cina. Krisan kuning berasal dari dataran Cina, dikenal dengan Chrysanthenum indicum (kuning), C. Morifolium (ungu dan pink) dan C. daisy (bulat, ponpon). Di Jepang abad ke-4 mulai membudidayakan krisan, dan tahun 797 bunga krisan dijadikan sebagai simbol kekaisaran Jepang dengan sebutan Queen of The East.
Tanaman krisan dari Cina dan Jepang menyebar ke kawasan Eropa dan Perancis pada tahun 1795. Tahun 1808 Mr. Colvil dari Chelsa mengembangkan 8 varietas krisan di Inggris. Jenis atau varietas krisan modern diduga mulai ditemukan pada abad ke-17. Krisan masuk ke Indonesia pada tahun 1800. Sejak tahun 1940, krisan dikembangkan secara komersial.
1.2    Varietas Bunga Krisan
Krisan atau seruni (Chrysanthemum. Sp) tergolong dalam family composite yang berasal dari cina. Sejak dulu krisan dibudidayakan sebagai bunga potong. Saat ini krisan sebagai tanaman pot juga popular dan banyak diminati. Tanaman krisan yang kini dibudidayakan merupakan hasil persilangan kompleks dari beberapa spesies yang telah dikenal sejak ribuan tahun yang lalu.
Varietas dengan berbagai karakteristik yang beredar di pasaran ratusan jumlahnya, denga adanay program pemuliaan tanaman yang semakin maju, varietas akan semakin bertambah. Varietas krisan terdiri dari dua tipe utama yaitu tipe standart (single) dan tipe bercabang (spray). Dari tipe tersebut, tanaman krisan dapat dikelompokkan menjadi enam golongan yaitu tanaman berbunga spider, pompon, anemone, incurved, aster, dan dekoratif  (Sudaryanto, 2006).
(a)                                                                                                       (b)
Gambar 1.  (a) Tipe Single  (b) Tipe Spray
                   (a)                              (b)                                             (c)
                  (d)                                   (e)                                        (f)
Gambar 2. (a) Anemone, (b) Aster, (c) Dekoratif, (d) Incurved,
(e) Pompon, (d) Spider
2.3  Morfologi  dan Taksonomi Bunga Krisan
Menurut Rukmana (1997), tanaman krisan tumbuh menyemak setinggi 30-200 cm, sistem perakarannya serabut yang keluar dari batang utama. Akar menyebar kesegala arah pada radius dan kedalaman 50-70 cm atau lebih. Batang tanaman krisan tumbuh agak tegak dengan percabangan yang agak jarang, berstruktur lunak, dan berwarna hijau tetapi bila dibiarkan tumbuh terus, batang berubah menjadi keras (berkayu) dan berwarna hijau kecoklatan, serta berdiameter batang sekitar 0,5 cm.
Bunga krisan tumbuh tegak pada ujung tanaman dan tersusun dalam tangkai berukuran pendek sampai panjang, serta termasuk bunga lengkap. Bunga krisan merupakan bunga majemuk yag terdiri atas bunga pita dan bunga tabung. Pada bunga pita terdapat bunga betina (pistil), sedangkan bunga tabung terdiri atas bunga jantan dan bunga betina (biseksual) dan biasanya fertil (kofranek, 1980).
Menurut Kofranek dalam Isabella (2003) menyebutkan bahwa krisan sebagai bunga potong, dibudidayakan dengan dua cara sesuai dengan permintaan pasar yaitu tipe standar dan tipe spray. Tipe standar (Disbudded inflorescens) hanya memiliki satu tunas bunga yaitu tunas terminal yang dipelihara pada satu batang. Tunas bunga lateral dibuang sehingga dihasilkan satu bunga dengan ukuran besar. Tipe spray (Spray inflorescens) merupakan tipe dengan seluruh tunas bunga lateral dibiarkan berkembang, tetapi bunga yang pertama berkembang dibuang agar lebih banyak tunas lateral yang tumbuh dan berukuran kecil. Bunga krisan terdiri dari dari beberapa varietas di antaranya White Fiji, Yellow Fiji, Holday, Alouis, Astro, Snowdon White, Cassandra, dan Pingpong. Bunga krisan spray terdiri dari varietas Puma,Yellow Puma, White Regent, Town talk, Heidi Yellow, Heidi White, Zroland, Pompon, Soraya, Wendi, Caymano, dan Casablanca. Menurut Rukmana dan Mulyana (1997), krisan di dalam system taksonomi tumbuhan menurut beberapa ahli botani dapat dikelompokkan ke dalam klasifikasi sebagai berikut:
Kingdom         : Plantae
Divisio            : Spermatophyta
Subdivisio       : Angiospermae
Kelas               : Dicotyledonae
Bangsa(ordo)   : Asterales
Suku (famili)   : Asteraceae
Marga (genus)  : Chrysanhemum
Jenis (species)  : Chrysanthemum,sp
2.4  Syarat Tumbuh
1)   Suhu Udara
Menurut Rukmana dan Mulyana (1997), Suhu udara yang paling baik untuk pertumbuhan tanaman krisan di daerah beriklim tropis seperti Indonesia adalah antara 20 - 26o C di siang hari. Toleransi tanaman krisan terhadap factor suhu udara untuk tetap tumbuh dengan baik adalah antara
17 - 30oC. Suhu udara berpengaruh langsung terhadap pembungaan krisan. Suhu udara yang ideal untuk pembungaan adalah antara 16 - 18o C. Suhu tinggi (lebih dari 18o C) menyebabkan bunga krisan cenderung berwarna kusam, sedangkan suhu rendah (kurang dari 16o C) berpengaruh baik terhadap warna bunga karena cenderung makin cerah.
2)   Kelembaban Udara
Tanaman krisan membutuhkan kondisi kelembaban udara tinggi. Pada fase pertumbuhan awal, seperti perkecambahan benih atau pembentukan akar bibit stek diperlukan kelembaban udara antara 90-95 persen. Tanaman muda sampai dewasa tumbuh dengan baik pada kondisi kelembaban udara antara 70-90 persen (Rukmana dan Mulyana,1997).
Kelembaban udara yang tinggi perlu diimbangi dengan sirkulasi udara yang memadai (lancar) di sekitar kebun. Bila kelembaban udara tinggi, sementara sirkulasi udara jelek dapat menyebabkan organisme penyebab penyakit seperti cendawan mudah berkembang. Hujan deras atau keadaan curah hujan tinggi yang langsung menerpa tanaman krisan juga menyebabkan tanaman mudah roboh, rusak, dan kualitas bunganya rendah. Oleh karena itu pembudidayaan krisan di daerah bercurah hujan tinggi dapat dilakukan di dalam bangunan rumah plastik dan rumah kaca.
3)   Cahaya
Untuk mendapatkan bunga yang berkualitas baik, tanaman krisan membutuhkan cahaya yang lebih lama daripada panjang hari normal. Penambahan panjang hari dapat dilakukan dengan penyinaran buatan setelah matahari terbenam atau selama periode gelap. Penambahan cahaya pada tanaman dapat berfungsi memanipulasi fotoperiode dan meningkatkan laju fotosintesis. Peningkatan hasil fotosintesis berpengaruh terhadap laju pertumbuhan generatif yaitu pembentukan
pembungaan. Pembentukan kuncup bunga memerlukan panjang hari kurang dari 14,5 jam sedangkan untuk perkembangan kuncup bunga, panjang hari harus kurang dari 13,5 jam (Langhans dalam Isabella, 2003).
Sumber cahaya buatan yang umum digunakan adalah lampu pijar dan TL. Lampu TL (Fluorescent) dapat mempercepat pertumbuhan generatif tanaman krisan daripada lampu pijar. Periode pemasangan lampu dilakukan sampai batas tertentu fase vegetatif sekitar dua sampai delapan minggu untuk mendorong pembentukan bunga. Perlakuan hari panjang dihentikan apabila tanaman sudah mencapai tinggi yang diinginkan sekitar 35-50 centimeter dan kemudian tanaman diberikan perlakuan hari pendek untuk inisiasi pembungaan (Kofranek dalam Isabella, 2003).
4)   Ketinggian Tempat
Kadar CO2 memegang peranan penting dalam pertumbuhan krisan. Kadar CO2 yang ideal dan dianjurkan untuk memacu kemampuan fotosintesis tanaman krisan adalah antara 600–900 ppm. Oleh karena itu pada pembudidayaan tanaman krisan dalam bangunan tertutup seperti rumah plastik dan rumah kaca, dapat ditambahkan CO2 hingga mencapai kadar yang dianjurkan. Mengingat tanaman krisan membutuhkan temperatur untuk pertumbuhan antara 20–26 0 C dan pembungaan pada temperatur 16–18 0 C dengan kelembaban udara antara 70-90 persen, maka lokasi yang cocok untuk budidaya tanaman ini adalah di daerah berketinggian antara 700–1200 meter dari permukaan laut. Saat ini sentra produksi krisan antara lain di Lembang, Cipanas, Cianjur dan daerahdaerah lain yang berketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan laut.
5)      Tanah
Krisan dapat tumbuh pada setiap jenis tanah tergantung penanganannya. Tanah yang ideal untuk tanaman krisan adalah bertekstur lempung berpasir, mempunyai drainase dan aerasi yang baik dan mengandung bahan organik yang tinggi dengan pH sedikit asam. Menurut Korfek dalam Isabella (2003) tingkat kemasaman tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman krisan adalah sekitar 5,5 sampai 6,5. Krisan pada umumnya akan dapat tumbuh dan berkembang dengan baik bila semua syarat-syarat tumbuh terpenuhi.
Tabel 4. Indikator Syarat Tumbuh Bunga Krisan yang Ideal
No
Syarat tumbuh bunga krisan
Indikator syarat tumbuh ideal
1.
Suhu udara untuk pertumbuhan
200 – 260 C
2.
Suhu udara untuk pembungaan
160 - 180 C
3.
Kelembapan udara untuk pertumbuhan
70 – 90 %
4.
Kelembapan udara untuk pembentukan akar bibit stek
90 – 95 %
5.
Ketinggian tempat
700 – 1200 meter dpl
6.
Tingkat kemasaman tanah
5.5 – 6.5
Sumber : Rukmana dan Mulyana (1997) dan Kofranek dalam Isbella (2003)
2.5  Hama dan Penyakit
Hama
Ø  Ulat tanah (Agrotis ipsilon)
Gejala : memakan dan memotong ujung batang tanaman muda, sehingga pucuk dan tangkai terkulai.
Pengendalian : mencari dan mengumpulkan ulat pada senja hari dan semprot dengan insektisida.
Ø  Thrips (Thrips tabacci)
Gejala : pucuk dan tunas-tunas samping berwarna keperak-perakan atau kekuning-kuningan seperti perunggu, terutama pada permukaan bawah daun.
Pengendalian: mengatur waktu tanam yang baik, memasang perangkap berupa lembar kertas kuning yang mengandung perekat, misalnya IATP buatan Taiwan.
Ø  Tungau merah (Tetranycus sp)
Gejala: daun yang terserang berwarna kuning kecoklat-coklatan, terpelintir, menebal, dan bercak-bercak kuning sampai coklat. Pengendalian: memotong bagian tanaman yang terserang berat dan dibakar dan penyemprotan pestisida.
Ø  Penggerek daun (Liriomyza sp)
Gejala: daun menggulung seperti terowongan kecil, berwarna putih keabu-abuan yang mengelilingi permukaan daun.
Pengendalian: memotong daun yang terserang, penggiliran tanaman, dengan aplikasi insektisida.
Penyakit
Ø  Karat/Rust
Penyebab: jamur Puccinia sp. karat hitam disebakan oleh cendawan P chrysantemi, karat putih disebabkan oleh P horiana P.Henn. Gejala: pada sisi bawah daun terdapat bintil-bintil coklat/hitam dan terjadi lekukan-lekukan mendalam yang berwarna pucat pada permukaan daun bagian atas. Bila serangan hebat meyebabkan terhambatnya pertumbuhan bunga. Pengendalian : menanam bibit yang tahan hama dan penyakit, perompesan daun yang sakit, memperlebar jarak tanam dan penyemprotan insektisida.
Ø  Tepung oidium
Penyebab: jamur Oidium chrysatheemi. Gejala: permukaan daun tertutup dengan lapisan tepung putih. Pada serangan hebat daun pucat dan mengering.
Pengendalian: memotong/memangkas daun tanaman yang sakit dan penyemprotan fungisida.
Ø  Virus kerdil dan mozaik
Penyebab: virus kerdil krisan, Chrysanhenumum stunt Virus dan Virus Mozaoik Lunak Krisan (Chrysanthemum Mild Mosaic Virus). Gejala: tanaman tumbuhnya kerdil, tidak membentuk tunas samping, berbunga lebih awal daripada tanaman sehat, warna bunganya menjadi pucat. Penyakit kerdil ditularkan oleh alat-alat pertanian yang tercemar penyakit dan pekerja kebun. Virus mosaik menyebabkan daun belang hijau dan kuning, kadang-kadang bergaris-garis.
Pengendalian: menggunakan bibit bebas virus, mencabut tanaman yang sakit, menggunakan alat-alat pertanian yang bersih dan penyemprotan insektisida untuk pengendalian vektor virus.
                                                              (Rukmana, 2007)

DAFTAR PUSTAKA
Isabella, Nyimas. 2003. Budidaya Bunga Krisan Potong (Dendranthema grandiflora Tzvelev) di PT Alam Indah Bunga Nusantara, Cipanas Cianjur Jawa Barat. Skripsi. Jurusan Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Kofranek, A.M. 1980. Cut Chrysanthemun. In R.A.Larson (Ed). Introduction to Floriculture. Academy Press. Toronto.
Rukmana, R. dan A.E. Mulyana. 1997. Krisan (Seri Bunga Potong). Yogyakarta. Kanisius.
Rukmana , Rahmat.1997. Krisan. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Sudaryanto, Bambang. 2006. Budidaya Tanaman Krisan. Yogyakarta: Balai Pengkajian Teknologi Pertanian.
Wasito & Komar. 2004. Jenis Pupuk N, P, dan K Untuk Peningkatan Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Krisan. Cianjur. Balai Penelitian Tanaman Hias.
Wediyanto, Agus et al. 2007. Standar  Operasional Prosedur Budidaya Krisan Potong. Jakarta. Direktorat Budidaya Tanaman Hias Direktorat Jenderal Hortikultura Departemen Pertanian.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar