Sabtu, 11 Agustus 2012
Jumat, 10 Agustus 2012
NATURE DOES NOT EXPLAIN, SHE IS IN HER SELF NEED OF EXPLANATION
- PENDAHULUAN
Alam merupakan realitas yang
dihadapi oleh manusia, yang sampai kini baru sebagian kecil saja yang dapat
diketahui dan diungkap oleh manusia. Bagi seorang ilmuwan akan menyadari bahwa
manusia diciptakan bukanlah untuk menaklukkan seluruh alam semesta, akan tetapi
menjadikannya sebagai fasilitas dan sarana ilmu pengetahuan yang dapat
dikembangkan dari potensi manusia sebagai makhluk yang berakal sebagaimana yang
tercantum dalam surat Al Imron ayat 190-191.
Manusia sebagai subyek didalam alam semesta, jadi dapat
disimpulkan bahwa manusia berperan penuh atas kehidupan di alam ini, apakah akan sejahtera atau
akan rusak. Manusia mengemban amanat untuk membimbing masyarakat, memelihara
alam lingkungan hidup bersama. bahkan manusia terutama bertanggung jawab atas
martabat kemanusiaannya.
Alam semesta merupakan sesuatu selain Allah SWT. Oleh sebab
itu, alam semesta bukan hanya langit dan bumi, namun meliputi seluruh yang ada
dan berada di antara keduanya. Bukan hanya itu, di dalam perspektif Islam alam
semesta tidak saja mencakup hal-hal yang konkrit yang dapat diamati melalui
panca indera manusia, tetapi alam semesta juga merupakan segala sesuatu yang
keberadaaannya tidak dapat diamati oleh panca indera manusia.
Alam semesta merupakan ciptaaan Allah SWT yang diperuntukkan
kepada manusia yang kemudian diamanahkan sebagai khalifah untuk menjaga dan
memeliharaan alam semesta ini, selain itu alam semesta juga merupakan mediasi
bagi manusia untuk memperoleh ilmu pengetahuan yang terproses melalui
pendidikan sebagaimana yang dimaksud dalam ungkapan “nature does not
explain, she is herself in need of an explanation”.
Manusia diciptakan dan ditempatkan di atas semua makhluk,
karena kemampuannya dalam berfikir. Sudah sepatutnya manusia memelihara dan
mengembangkan ilmu yang mana akan mensejahterakan alam. Pada intinya semua alam
membutuhkan penjelasan dari manusia agar menjadi sebuah ilmu baru.
- PEMBAHASAN
Nature does
not explain, she is herself in need of an explanation dicetuskan oleh
Prof. Cecil Boyce Hamann, beliau adalah salah satu profesor biologi di
Universitas Asbury Amerika. Ada beberapa buku mengutip ungkapan beliau diantaranya God Arises karya
Maulana Wahiduddin Khan, World Religions and Islam karya Hamid Naseem
Rafiabadi, Sociology of Religion karya
Mir Mohammad Ibrahim, dan Religion and Science karya Maulana Wahiduddin Khan.
Nature
does not explain, she is herself in need
of an explanation diambil dari bahasa Inggris, bila diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia berarti
alam tidak menjelaskan, dia sendiri butuh penjelasan. Pada dasarnya semua
kembali ke manusia itu sendiri sebagai subyek dalam alam. Manusia tidak dapat
membatasi dirinya dengan alam, dan manusia itu sendiri bagian dari alam.
Manusia diciptakan dan ditempatkan diatas semua makhluk, karena kemampuannya
dalam berfikir. Nature
does not explain, she is her self in need of an explanation
berbicara tentang adanya alam sebagai media belajar manusia sebagai makhluk
yang berakal. Manusia tidak dapat dipisahkan dari alam, karena manusia itu
sendiri bagian dari alam yang mampu menjelaskan apa yang terjadi dengan alam.
Alam tidak akan memberikan manfaat bila manusia itu sendiri tidak dapat
memahami alam. Pemahaman tentang alam itu sendiri diperoleh dalam proses
belajar. Belajar adalah sesuatu yang natural, maka adanya fakta bahwa alam
membutuhkan pengajaran adalah hal yang natural juga.
Pengamatan terhadap alam adalah satu hal dan menjelaskan
alam adalah hal lain (Wattimena, 2008). Dari pernyataan tersebut dapat kita
ambil fakta bahwa untuk mendapat ilmu
pengetahuan harus melalui proses pengamatan terhadap fenomena alam, dari pengamatan
itu sendiri harus ada pembuktian tentang kebenaran teori yang diperoleh. Sampai
saat ini, kita mengetahui bahwa bukti-bukti untuk mendukung suatu teori di
dalam ilmu pengetahuan didapatkan dari eksperimen dan pengamatan. Secara
khusus, ketika suatu teori telah dirumuskan, pencarian data-data baru untuk
mengkonfirmasikan ataupun menolak teori tersebut harus terus dilakukan, hingga pada akhirnya menemukan
ilmu pengetahuan baru.
Dalam perspektif Al-Qur’an, alam diciptakan untuk manusia
dan salah satu misi diciptakannya manusia adalah untuk mengelolah dan
memakmurkan alam dengan sebaik-baiknya. Tugas ini merupakan bagian dari bentuk
pengabdian manusia sebagai khalifah kepada penciptanya. Agar dapat mengolah dan
memakmurkan alam, manusia perlu mengalami proses pendidikan, di mana alam telah
menyediakan beragam fasilitas untuk kepentingan pendidikan ini.
Apa saja yang disediakan alam dapat difungsikan sebagai
materi ajar atau sumber belajar sekaligus sebagai media pembelajaran. Dalam
surah Ali Imran (3) ayat 190 – 191 Allah berfirman yang artinya
Sesungguhnya pada penciptaan langit dan bumi dan perbedaan
malam dan siang merupakan tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu)
Orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk, atau sedang berbaring
dan memikirkan penciptaan langit dan bumi…” (Q.S. Ali Imran (3) : 190-191)
Dan dalam surat ar ruum yang artinya:
Dan mengapa mereka tidak memikirkan tentang (kejadian)
diri mereka ? Allah tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada diantara
keduanya melainkan dengan tujuan yang benar dan dalam waktu yang ditentukan.
Dan sesungguhnya banyak diantara manusia benar-benar mengingkari pertemuan
dengan Tuhannya
(Q.S. Ar Ruum : 8)
Naturalisme
Nature does not explain, she is herself in need of an explanation memiliki
keterkaiatan dengan paham naturalisme. Naturalisme bila
ditinjau dari segi bahasa terdiri dari dua kata yaitu natural yang berarti
alami dan isme yang berarti paham. Sehingga, aliran naturalisme dapat juga disebut sebagai paham alami. merupakan
teori yang menerima “nature” (alam) sebagai keseluruhan realitas. Istilah
“nature” telah dipakai dalam filsafat dengan bermacam-macam arti, mulai dari
dunia fisik yang dapat dilihat oleh manusia, sampai kepada sistem total dari
fenomena ruang dan waktu. Natura adalah dunia yang diungkapkan kepada kita oleh
sains alam. Istilah naturalisme adalah sebaliknya dari istilah supernaturalisme
yang mengandung pandangan dualistik terhadap alam dengan adanya kekuatan yang
ada (wujud) di atas atau di luar alam ( Harold H. Titus e.al. 1984).
Sebagai sistem proses alam, alam
memiliki tingkat keteraturan yang membuatnya dapat dimengerti, tetapi tidak
dapat dijelaskan secara keseluruhan. Juga bisa sebagai nilai moral yang
mengekspresikan keseluruhan, nilai-nilai moral, bagaimanapun, mungkin muncul
dalam hubungan antara manusia sebagai salah satu bagian dari alam dan sisanya
dari alam sebagai bagian dari alam, manusia tunduk pada proses alami yang sah,
intelijen muncul dari kehidupan aktif dari organisme dalam alam.
Paham naturalisme menganggap bahwa gejala-gejala alam
tidak disebabkan oleh hal-hal yang bersifat gaib, melainkan karena kekuatan
yang terdapat dalam itu sendiri,yang dapat dipelajari dan dapat diketahui. Orang-orang
yang menganut paham naturalisme ini beranggapan seperti itu karena standar
kebenaran yang mereka gunakan hanyalah logika akal semata, sehingga mereka
mereka menolak keberadaan hal-hal yang bersifat gaib itu (Sudrajat, 2008).
Manusia
dapat memahami nilai yang sebenarnya dari penemuan-penemuan modern. Ilmu pengetahuan
dan teknologi membantu dalam meningkatkan kepraktisan dan ketepatan pengamatan
manusia, dan menyimpulkan teori-teori mengenai alam. Misalnya pada zaman dahulu
manusia hanya mengetahui air jatuh dari langit ke bumi, tapi sekarang seluruh
proses dari hujan telah dipahami, dari penguapan air laut atau yang lain
kemudian presipitasi dan pada akhirnya kembali ke laut. Namun penemuan ini
tidak memberi ilmu secara rinci, semisal tidak memberikan informasi kenapa
proses fisik ini terjadi, tidak memberi tahu mengapa dan bagaimana hukum alam
yang semula tidak ada menjadi ada, dan bagaimana alam berjalan sedemikian
teraturnya.
- KESIMPULAN
Nature does not explain, she is herself
in need of an explanation merujuk pada keberadaan manusia yang tidak dipisahkan
dengan alam. Manusia itu sendiri bagian dari alam, yang diciptakan dan mendapat
kedudukan yang lebih tinggi dari makhluk lain. Pada intinya sebagai makhluk
yang berakal sudah sepatutnya manusia mengelola alam ini. Tergantung bagaimana
manusia itu sendiri memanfaatkan kemampuannya dalam menggali ilmu yang ada di
alam.
DAFTAR PUSTAKA
Ibrahin, Mir
Mohammad. 2008. Sociology of Religions. Prentice Hall of India Private Limited:
New Delhi.
Khan, Maulana
Wahiduddin. 2005. God Arises. International Islamic Publishing House: New
Delhi.
Rafiabadi,
Hamid Nassem. 2003. World Religion and Islam. Sarup & Sons: New Delhi. (hlm
96-97)
Sudrajat, Ahmad. 2008. Naturalisme. (Online), (http://akhmadsudrajat. wordpress.com/2008/11/10/filsafat-naturalisme/). Diakses 10
Juli 2012
Wattimena,
Reza. 2008. Filsafat dan Sains Sebuah Pengantar. Grasindo: Jakarta.
Selasa, 07 Agustus 2012
Senyum
Dia tiada pernah meminta bayaran,
Kalaupun aku memberikannya, aku tak akan jadi miskin
Malah akan semakin kaya
Dia hanya terjadi beberapa detik, namun
Kenangan yang ditimbulkan karenanya akan abadi
Dia bisa diartikan seribu kata oleh siapa saja yang menerima
Dia tak akan pernah berguna,
Ketika kau tak mau membaginya
Itulah senyum kawan
Yang akan ada,
Walau kau jadi tua sekalipun......
Kalaupun aku memberikannya, aku tak akan jadi miskin
Malah akan semakin kaya
Dia hanya terjadi beberapa detik, namun
Kenangan yang ditimbulkan karenanya akan abadi
Dia bisa diartikan seribu kata oleh siapa saja yang menerima
Dia tak akan pernah berguna,
Ketika kau tak mau membaginya
Itulah senyum kawan
Yang akan ada,
Walau kau jadi tua sekalipun......
Langganan:
Postingan (Atom)