Jumat, 10 Agustus 2012

NATURE DOES NOT EXPLAIN, SHE IS IN HER SELF NEED OF EXPLANATION



  1. PENDAHULUAN
            Alam merupakan realitas yang dihadapi oleh manusia, yang sampai kini baru sebagian kecil saja yang dapat diketahui dan diungkap oleh manusia. Bagi seorang ilmuwan akan menyadari bahwa manusia diciptakan bukanlah untuk menaklukkan seluruh alam semesta, akan tetapi menjadikannya sebagai fasilitas dan sarana ilmu pengetahuan yang dapat dikembangkan dari potensi manusia sebagai makhluk yang berakal sebagaimana yang tercantum dalam surat Al Imron ayat 190-191.
Manusia sebagai subyek didalam alam semesta, jadi dapat disimpulkan bahwa manusia berperan penuh atas kehidupan di alam ini, apakah akan sejahtera atau akan rusak. Manusia mengemban amanat untuk membimbing masyarakat, memelihara alam lingkungan hidup bersama. bahkan manusia terutama bertanggung jawab atas martabat kemanusiaannya.
Alam semesta merupakan sesuatu selain Allah SWT. Oleh sebab itu, alam semesta bukan hanya langit dan bumi, namun meliputi seluruh yang ada dan berada di antara keduanya. Bukan hanya itu, di dalam perspektif Islam alam semesta tidak saja mencakup hal-hal yang konkrit yang dapat diamati melalui panca indera manusia, tetapi alam semesta juga merupakan segala sesuatu yang keberadaaannya tidak dapat diamati oleh panca indera manusia.
Alam semesta merupakan ciptaaan Allah SWT yang diperuntukkan kepada manusia yang kemudian diamanahkan sebagai khalifah untuk menjaga dan memeliharaan alam semesta ini, selain itu alam semesta juga merupakan mediasi bagi manusia untuk memperoleh ilmu pengetahuan yang terproses melalui pendidikan sebagaimana yang dimaksud dalam ungkapan “nature does not explain, she is herself in need of an explanation”. 
Manusia diciptakan dan ditempatkan di atas semua makhluk, karena kemampuannya dalam berfikir. Sudah sepatutnya manusia memelihara dan mengembangkan ilmu yang mana akan mensejahterakan alam. Pada intinya semua alam membutuhkan penjelasan dari manusia agar menjadi sebuah ilmu baru.


  1. PEMBAHASAN
     Nature does not explain, she is herself in need of an explanation dicetuskan oleh  Prof. Cecil Boyce Hamann, beliau adalah salah satu profesor biologi di Universitas Asbury Amerika. Ada beberapa buku mengutip  ungkapan beliau diantaranya God Arises karya Maulana Wahiduddin Khan, World Religions and Islam karya Hamid Naseem Rafiabadi, Sociology of  Religion karya Mir Mohammad Ibrahim, dan Religion and Science karya Maulana Wahiduddin Khan.                                                                                                                                                               Nature does not explain, she is herself  in need of an explanation diambil dari bahasa Inggris, bila diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia berarti alam tidak menjelaskan, dia sendiri butuh penjelasan. Pada dasarnya semua kembali ke manusia itu sendiri sebagai subyek dalam alam. Manusia tidak dapat membatasi dirinya dengan alam, dan manusia itu sendiri bagian dari alam. Manusia diciptakan dan ditempatkan diatas semua makhluk, karena kemampuannya dalam berfikir.                                                                                                                                                                        Nature does not explain, she is her self in need of an explanation berbicara tentang adanya alam sebagai media belajar manusia sebagai makhluk yang berakal. Manusia tidak dapat dipisahkan dari alam, karena manusia itu sendiri bagian dari alam yang mampu menjelaskan apa yang terjadi dengan alam. Alam tidak akan memberikan manfaat bila manusia itu sendiri tidak dapat memahami alam. Pemahaman tentang alam itu sendiri diperoleh dalam proses belajar. Belajar adalah sesuatu yang natural, maka adanya fakta bahwa alam membutuhkan pengajaran adalah hal yang natural juga.                                                   
 Pengamatan terhadap alam adalah satu hal dan menjelaskan alam adalah hal lain (Wattimena, 2008). Dari pernyataan tersebut dapat kita ambil  fakta bahwa untuk mendapat ilmu pengetahuan harus melalui proses pengamatan terhadap fenomena alam, dari pengamatan itu sendiri harus ada pembuktian tentang kebenaran teori yang diperoleh. Sampai saat ini, kita mengetahui bahwa bukti-bukti untuk mendukung suatu teori di dalam ilmu pengetahuan didapatkan dari eksperimen dan pengamatan. Secara khusus, ketika suatu teori telah dirumuskan, pencarian data-data baru untuk mengkonfirmasikan ataupun menolak teori tersebut harus terus  dilakukan, hingga pada akhirnya menemukan ilmu pengetahuan baru.                                                                                                 
  Dalam perspektif Al-Qur’an, alam diciptakan untuk manusia dan salah satu misi diciptakannya manusia adalah untuk mengelolah dan memakmurkan alam dengan sebaik-baiknya. Tugas ini merupakan bagian dari bentuk pengabdian manusia sebagai khalifah kepada penciptanya. Agar dapat mengolah dan memakmurkan alam, manusia perlu mengalami proses pendidikan, di mana alam telah menyediakan beragam fasilitas untuk kepentingan pendidikan ini.
Apa saja yang disediakan alam dapat difungsikan sebagai materi ajar atau sumber belajar sekaligus sebagai media pembelajaran. Dalam surah Ali Imran (3)  ayat 190 – 191 Allah berfirman yang artinya
Sesungguhnya pada penciptaan langit dan bumi dan perbedaan malam dan siang merupakan tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) Orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk, atau sedang berbaring dan memikirkan penciptaan langit dan bumi…” (Q.S. Ali Imran (3) : 190-191)
   Dan dalam surat ar ruum yang artinya:
Dan mengapa mereka tidak memikirkan tentang (kejadian) diri mereka ? Allah tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada diantara keduanya melainkan dengan tujuan yang benar dan dalam waktu yang ditentukan. Dan sesungguhnya banyak diantara manusia benar-benar mengingkari pertemuan dengan Tuhannya (Q.S. Ar Ruum : 8)
Naturalisme
Nature does not explain, she is  herself in need of an explanation memiliki keterkaiatan dengan paham naturalisme. Naturalisme bila ditinjau dari segi bahasa terdiri dari dua kata yaitu natural yang berarti alami dan isme yang berarti paham. Sehingga, aliran naturalisme dapat  juga disebut sebagai paham alami. merupakan teori yang menerima “nature” (alam) sebagai keseluruhan realitas. Istilah “nature” telah dipakai dalam filsafat dengan bermacam-macam arti, mulai dari dunia fisik yang dapat dilihat oleh manusia, sampai kepada sistem total dari fenomena ruang dan waktu. Natura adalah dunia yang diungkapkan kepada kita oleh sains alam. Istilah naturalisme adalah sebaliknya dari istilah supernaturalisme yang mengandung pandangan dualistik terhadap alam dengan adanya kekuatan yang ada (wujud) di atas atau di luar alam ( Harold H. Titus e.al. 1984).                         
 Sebagai sistem proses alam, alam memiliki tingkat keteraturan yang membuatnya dapat dimengerti, tetapi tidak dapat dijelaskan secara keseluruhan. Juga bisa sebagai nilai moral yang mengekspresikan keseluruhan, nilai-nilai moral, bagaimanapun, mungkin muncul dalam hubungan antara manusia sebagai salah satu bagian dari alam dan sisanya dari alam sebagai bagian dari alam, manusia tunduk pada proses alami yang sah, intelijen muncul dari kehidupan aktif dari organisme dalam alam.                                                                                        
 Paham naturalisme menganggap bahwa gejala-gejala alam tidak disebabkan oleh hal-hal yang bersifat gaib, melainkan karena kekuatan yang terdapat dalam itu sendiri,yang dapat dipelajari dan dapat diketahui. Orang-orang yang menganut paham naturalisme ini beranggapan seperti itu karena standar kebenaran yang mereka gunakan hanyalah logika akal semata, sehingga mereka mereka menolak keberadaan hal-hal yang bersifat gaib itu (Sudrajat, 2008).
            Manusia dapat memahami nilai yang sebenarnya dari penemuan-penemuan modern. Ilmu pengetahuan dan teknologi membantu dalam meningkatkan kepraktisan dan ketepatan pengamatan manusia, dan menyimpulkan teori-teori mengenai alam. Misalnya pada zaman dahulu manusia hanya mengetahui air jatuh dari langit ke bumi, tapi sekarang seluruh proses dari hujan telah dipahami, dari penguapan air laut atau yang lain kemudian presipitasi dan pada akhirnya kembali ke laut. Namun penemuan ini tidak memberi ilmu secara rinci, semisal tidak memberikan informasi kenapa proses fisik ini terjadi, tidak memberi tahu mengapa dan bagaimana hukum alam yang semula tidak ada menjadi ada, dan bagaimana alam berjalan sedemikian teraturnya.
  1. KESIMPULAN
Nature does not explain, she is herself in need of an explanation merujuk pada keberadaan manusia yang tidak dipisahkan dengan alam. Manusia itu sendiri bagian dari alam, yang diciptakan dan mendapat kedudukan yang lebih tinggi dari makhluk lain. Pada intinya sebagai makhluk yang berakal sudah sepatutnya manusia mengelola alam ini. Tergantung bagaimana manusia itu sendiri memanfaatkan kemampuannya dalam menggali ilmu yang ada di alam.
                                   
DAFTAR PUSTAKA
Ibrahin, Mir Mohammad. 2008. Sociology of Religions. Prentice Hall of India Private Limited: New Delhi.
Khan, Maulana Wahiduddin. 2005. God Arises. International Islamic Publishing House: New Delhi. 
Rafiabadi, Hamid Nassem. 2003. World Religion and Islam. Sarup & Sons: New Delhi. (hlm 96-97)
Sudrajat, Ahmad. 2008. Naturalisme. (Online), (http://akhmadsudrajat. wordpress.com/2008/11/10/filsafat-naturalisme/). Diakses 10 Juli 2012
Wattimena, Reza. 2008. Filsafat dan Sains Sebuah Pengantar. Grasindo: Jakarta.
           



 






Tidak ada komentar:

Posting Komentar